|
Gus Cokro ST |
Kehidupan umat manusia, secara materi,
sekarang sudah mencapi tarap yang sangat hebat. Manusia merasakan
berbagai kenikmatan hidup dan melihat berbagai macam keindahan hasil
karya mereka. Walau demikian, dalam kehidupan yang maju secara meteri
ini, bukan berarti mereka lebih bahagia dibanding orang-orang yang hidup
sebelum mereka. Bukan berarti mereka lebih bisa menikmati hidup, lebih
merasa aman, dan lapang dada. Apa sebab semua itu? Karena mereka
kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan paling penting, yang menjadi
inti dari hidup ini, yaitu barakah. Apa manfaat usaha yang kosong dari
barakah? Umur yang kosong dari barakah? Ilmu yang tak bermanfaat?
Makanan dan minuman yang tidak menjadi daging dan tidak menghilangkan
lapar?
Sesungguhnya berkah/barakah bukan dengan
banyaknya harta ataupun kedudukan terhormat, tidak pula dengan anak
atau ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi. Tetapi berkah itu adalah
sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang
damai dan tentram, hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan
pembagian Allah, dan menerima semua takdir-Nya.
Sementara umur yang berkah adalah umur
yang dihabiskan untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan dan amal shalih.
Adapun ilmu yang berkah adalah ilmu yang bermanfaat untuk orang lain,
diajarkan, diamalkan, dan disampaikan kepada yang lain.
Kalau kita teliti dari Kitabullah dan
sunnah Rasul-Nya, akan kita dapati bahwa keberkahan itu ada pada rizki,
umur, anak, dan harta.
.
. . berkah itu adalah sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran
yang jernih, hati yang damai dan tentram, hidup yang bahagia, gembira,
dan merasa cukup dengan pembagian Allah, dan menerima semua takdir-Nya.
. .
Sesungguhnya rizki itu memiliki jalan
untuk menjadi rizki yang diberkahi. Di antaranya yang paling utama
adalah dengan mencarinya (bekerja). Saat mencarinya, harus dimintakan
kepada pemilik rizki yang sesungguhnya, yakni Allah Ta'ala.
فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Maka mintalah rezeki itu di sisi
Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya
lah kamu akan dikembalikan." (QS. Al-Ankabut: 17)
فَإِذَا
قُضِيَتْ الصَّلاةُ فَانتَشِرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ
اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Apabila telah ditunaikan shalat,
maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jumu'ah: 10)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memerintahkn mencari rizki dan menganjurkan untuk bekerja. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda –saat ditanya tentang pekerjaan yang paling utama-:
عَمَلُ الرَّجُلُ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ
“Pekerjaan seseorang yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan setiap perdagangan yang baik.” (Hadits shahih li ghairihi. Riwayat al-Bazzar, sebagaimana dalam Kasyful Astar: 2/83/1257, dari Rifa’ah bin Rafi’)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memberitahu, bekerja dan mencari rizki adalah akhlak para nabi secara keseluruhan. "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi, kacuali ia pasti mengembala kambing.” Para shahabat lantas bertanya: “Apakah engkau juga demikian, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Aku menggembalakan kambing milik penduduk Makkah dan
menerima upah beberapa qirath (1 qirath = 4/6 dinar).” (HR Bukhari, no.
2262)
Mencari rizki dan bekerja disyariatkan.
Tetapi seorang muslim dalam kerja dan usahanya tetap bersandar dan
bertawakkal kepada Tuhannya. Ia sangat yakin, dirinya tak akan mendapat
rizki kecuali apa yang sudah Allah bagi untuknya. Rizki yang sudah Allah
tentukan untuknya pasti akan diperolehnya dengan jalan apa itu yang tak
seorangpun mampu untuk menahannya. Hal ini sebagaimana bacaan zikir
yang dituntunkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sesudah shalat,
اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ
"Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maka dia akan berusaha mencari rizki dengan tetap bergantung kepada-Nya dan mengetahui bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah Maha mengetahui dan Mahabijaksana, "Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq: 3)
Sesungguhnya jatah rizki seperti jatah
umur. Tidak akan habis, jika belum sampai habis ajal. Sehingga kita
tidak akan terlalu bersedih dan berduka dalam kehidupan dunia ini. Walau
harus tetap berusaha dengan mempercayakan kepada Allah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai
manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki!
Ketahuilah, sesungguhnya seorang jiwa tidak akan mati kecuali telah
sempurna rizkinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam
mencari rizki. Ambil yang halal dan tinggalkan yang haram." (Disebutkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 2866)
Jika seorang muslim bercita-cita
mendapatkan barakah dalam rizkinya, pasti akan mendapatkan banyak jalan.
Al-Qur'an dan al-Sunnah telah menerangkan hal itu. Di antara
sebab-sebabnya adalah:
Pertama, Takwa kepada Allah merupakan sebab utama rizki diberkahi dan hidup menjadi tentram. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
"Jika sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raf: 96)
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ
سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ وَلَوْ أَنَّهُمْ
أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ
رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
"Dan sekiranya Ahli Kitab beriman
dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan
tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan
sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan
(Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka
akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka." (QS. Al-Maidah: 65-66)
Sangat jelas, barakah rizki itu didapat dengan bertakwa kepada Allah.
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Barang siapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.Dan memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya." (QS. Al-Thalaq: 2-3)
Oleh sebab itu agar rizki diberkahi
dalam mencarinya harus dengan usaha yang dibenarkan syariat, bertawakkal
kepada Allah, yakin kepada-Nya, ridha dengan pembagian-Nya, dan
meyakini dengan benar bahwa Allah Mahabijaksana dan Maha mengetahui
dalam kadar rizki dan kapan diperolehnya. Disadari, semua itu terjadi
dengan qadha' dan qadarnya. Maka apa yang dikehendaki oleh-Nya, akan
terjadi. Sebaliknya, yang tidak dikehendaki oleh-Nya, juga tidak akan
terjadi.
Agar
rizki diberkahi: Dalam mencari rizki harus dengan usaha yang
dibenarkan syariat, bertawakkal kepada Allah, yakin kepada-Nya, ridha
dengan pembagian-Nya . . .
Kedua, memperbanyak istighfar. Allah Ta'ala berfirman tentang petuah Nabi Nuh 'alaihis salam kepada umatnya,
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ
لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
"Maka aku katakan kepada mereka:
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun
dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai"." (QS. Nuuh: 10-12)
Allah menerangkan tentang titah Nabi Hud
kepada kaumnya untuk istighfar, ia menjadi sebab bertambahnya kekuatan
fisik dan turunnya rizki,
وَيَا
قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ
وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
"Dan (Hud berkata): "Hai kaumku,
mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia
menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa"." (QS. Huud: 52)
Dalam hadits disebutkan,
مَنْ
لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا
وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Siapa yang kontinyu beristighfar
maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya,
kesudahan dari setiap kesedihannya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Ketiga, membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya. Sebabnya, Allah telah jadikan Kitab-Nya sebagai sesuatu yang diberkahi.
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat," (QS. Al-An'am: 155)
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran." (QS. Shaad: 29)
Al-Qur'an adalah barakah dalam
membacanya. Siapa membaca satu ayat, maka baginya dari setiap ayat satu
kebaikan. Dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali
lipat. (HR. al-Tirmidzi)
Al-Qur'an membawa berkah dalam
lantunannya, mengamalkannya, menerapkan hukumnya, dan mencari keadilan
padanya, bermoral dengan ajaranya, dan berakhlak dengan akhlaknya.
.
. . Al-Qur'an membawa berkah dalam lantunannya, mengamalkannya,
menerapkan hukumnya, dan mencari keadilan padanya, bermoral dengan
ajaranya, dan berakhlak dengan akhlaknya. . .
Keempat, Membaca doa saat keluar rumah dan saat akan menyantap hidangan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا
دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ
طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ
"Apabila seseorang memasuki
rumahnya; ia berzikir kepada Allah saat memasukinya dan saat makan, maka
syetan berkata kepada teman-temanya, 'tidak ada tempat dan makanan bagi
kalian." (HR. Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad) Allah
menjaga rumah ini dari gangguan syetan karena sebab zikirnya ketika akan
makan dan saat memasukinya.
Keempat,
menjaga shalat bisa mejadi sebab turunnya barakah dan datangnya rizki,
karena ia merupakan sebab untuk kebaikan dunia dan akhirat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 32)
Kelima,
Bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah dan mengakui karunia dan
pemberian-Nya. Sesungguhnya rizki yang kita peroleh, semuanya dari
pemberian-Nya. Maka jika kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal
maka Allah akan memberkahi rizki kita. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." (QS. Al-Ibrahim: 7)
. . . jika kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal maka Allah akan memberkahi rizki kita. . .
Keenam, memperbanyak shadaqah dan menjauhi praktek riba. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
"Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap
dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (QS. Al-Baqarah: 276)
Ketujuh, Yakin dan bersandar kepada Allah di atas sebab yang diupayakan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ
هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ
لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ
وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Sesungguhnya harta ini menyenangkan
dan nikmat. Siapa yang mengambilnya dengan kesederhanaan (tanpa meminta
dan rakus), maka diberkahi. Dan siapa yang mengambilnya dengan rakus,
tidak akan diberkahi. Dan keadaanya seperti orang yang makan, namun tak
pernah merasa kenyang." (Muttafaq 'alaih)
Kedelapan, hemat dan tidak berlebihan (melampaui batas) dalam menikmati yang mubah. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya
karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al-Isra': 29)
Allah berfirman dalam menyifati Ibadurrahman, para wali-Nya:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
"Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula)
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian." (QS. Al-Furqan: 67)
Allah sangat mencela orang yang menyia-nyiakan harta dan menggunakannya dalam perkara haram. Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
"Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra': 26-27)
Kesembilan,
bekerja di waktu pagi hari, tidak tidur pagi kecuali karena sangat
membutuhkan. Disebutkan dalam satu atsar, "Diberkahi Umatku di waktu
paginya."
Ibnu Abbas pernah melihat anaknya tidur
pagi, lalu beliau berkata kepadanya: "Bangunlah, apakah kamu (senang)
tidur pada saat dibagi rizki?" (Lihat: Mathalib Ulin Nuha: 1/62)
Kesepuluh, Jujur dalam melakukan transaksi, tidak curang dan tidak pula khianat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ
بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ
لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَ بَرَكَةُ
بَيْعِهِمَا
"Penjual dan pembeli berhak memilih
selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan, diberkahi
jual beli keduanya. Dan jika berbohong dan menutup-nutupi maka
dihilangkan keberkahan dalam jual beli mereka." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan lainnya)
Suatu hari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
pernah mengutus Urwah al-Bariqi untuk membeli seekor hewan kurban.
Beliau memberikan satu dinar kepadanya. Lalu ia masuk pasar dan membeli
dua ekor hewan kurban dengan satu dinar. Kamudian dia menjual salah
satunya dengan harga satu dinar. Lalu ia kembali kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan
membawa satu ekor hewan kurban dan satu dinar. Beliau menanyakan hal
itu kepadanya, "bagaimana bis begitu?" ia menjawab, "Saya membeli dua
ekor hewan kurban dengan satu dinar, lalu saya jual salah satunya dengan
harga satu dinar." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Semoga Allah memberkahimu kejujuranmu." Kalau saja ia membeli segenggam tanah pasti diberkahi.
Kesebelas, qana'ah dan ridha dengan pembagian Allah, tidak melihat kepada orang yang di atasnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda, "Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam, diberi
rizki yang cukup, dan Allah menganugerahkan sifat qanaah kepadanya
terhadap pemberian-Nya." (HR. Ahmad)
Sesungguhnya harta yang diberkahi akan
membawa kebaikan kepada pemiliknya, tidak melalaikan dan tidak
menipunya. Menikmatinya, akan menjadi kekuatan yang mendorongnya untuk
melakukan ketaatan, mendatangkan ketentraman jiwa, kepuasan, dan
kebahagiaan. Maka jangan hanya mengejar fisik materi. Tapi carilah
keberkahan di dalamnya. Karena harta yang tak berbarakah seperti sampah
yang tak mendatangkan manfaat bagi pemiliknya. Oleh sebab itu, penting
sekali kita memperhatikan sebab-sebab yang menjadikan harta menjadi
barakah.
Masih banyak tanda tanya berputar di pikiran Anda tentang seputar rizki? bagaimana mencarinya, bagaimana membelanjakannya, bagaimana membuatnya benar-benar berkah? mari belajar dan sharing bersama, silahkan hubungi Gus Cokro ST di 08159852189 atau datang langsung ke
alamat: Jln Raya Condet No.04 Cadnas Rindam Jaya Jakarta Timur.