Gus Cokro ST |
Semua orang pasti cinta dan bangga dengan kota kelahirannya, termasuk mantan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur . Banyak cara orang menunjukkan kebanggaan itu. Gus Dur misalnya, dengan cara humor dia pun bangga dengan tokoh-tokoh asal kota kelahirannya, Jombang.
Seperti dikutip dari Koran TEMPO edisi Senin, 23 Desember 2002, bagi Gus Dur , kota kecil di provinsi Jawa Timur itu telah melahirkan 'tokoh-tokoh gila' untuk negeri ini.
Paling tidak, kata dia, kota Jombang telah melahirkan tujuh 'orang gila' Indonesia. Urutan pertama, kata Gus Dur , adalah Dr. Nurcholis Madjid. Berada di urutan kedua, dia sendiri (Abdurrahman Wahid). Ketiga adalah budayawan Emha Ainun Najib.
Sementara urutan keempat, Gus Dur menyebut Wardah Hafizd. "Dia itu pejuang kaum miskin, membela para tukang becak di Jakarta," kata Gus Dur waktu itu.
Keempat, Sono Hafizd, kakak kandung Wardah Hafid. Menurut Wahid, Sono Hafid ini pernah menyerbu markas kepolisian di Cicendo, Jawa Barat. Keenam, Asmuni Srimulat. "Barangkali Asmuni inilah orang yang paling gila di antara kami," ujarnya sembari tergelak saat bicara di kantor Dian Interfidei, Jalan Banteng Utama 59 Yogyakarta, Jumat (20/12).
Orang ketujuh yang masuk daftar 'orang gila' kelahiran Jombang, menurut Gus Dur , adalah Abubakar Baasyir, Amir Majelis Mujahidin. Baasyir banyak dikait-kaitkan dengan kasus terorisme. Sayangnya, Gus Dur tak memerinci bagaimana 'kadar kegilaan' tujuh orang tokoh kelahiran Jombang ini.
Jombang memang unik. Di kota kecil itu banyak bercokol tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar di republik ini. Kiai, budayawan, komedian, politisi, pejabat publik, penyanyi, hingga dukun lahir dari kota itu.
Seperti termuat dalam buku berjudul: "Orang-orang Jombang" yang ditulis pemerintah kabupaten. Dari kota kelahiran Gus Dur itu bercokol nama-nama hebat. Selain 7 orang yang disebut Gus Dur , masih ada nama lain di antaranya; Hasyim Asy'ari, A Wahid Hasyim, Wahab Hasbullah, Bisri Syansuri, dan Musta'in Romli.
Belum lagi nama penyanyi Gombloh yang popular dengan lagunya "Kebyar-kebyar", kemudian budayawan Cak Durasim yang namanya diabadikan sebagai nama tempat pusat kebudayaan di Surabaya, lalu nama tokoh ludruk Markeso dan Bolet. Generasi sekarang ada nama Muhaimin Iskandar, menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Selain melahirkan tokoh, Jombang juga melahirkan orang-orang unik, bahkan cenderung berperilaku ganjil. Sebut saja nama Choirun si haji nunut asal Sumobito yang namanya menggemparkan Indonesia pada pertengahan 1990 silam.
Nama lain? Anda tentu ingat dengan dukun cilik Ponari dan Very Idham Henyansyah alias Ryan si jagal dari Jombang. Jangan lupakan pula nama Eyang Subur yang sempat berseteru dengan artis Adi Bing Slamet.
Jombang diambil dari kata Ijo dan Abang. Kota kecil dengan luas wilayah sekitar 1.159,50 kilo meter persegi, itu merupakan titik temu perpaduan dua budaya. Konon, kata Jombang merupakan akronim dari kata Ijo dan Abang. Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen yang lekat dengan budaya Matraman).
Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang sejak lama. Bahkan ada yang menyebut sejak zaman Majapahit silam. Di kota itu masyarakat lintas agama dan budaya hidup rukun berdampingan, dan nyaris tak pernah muncul gesekan.
Lepas dari semua itu, seperti daerah-daerah lain, Jombang juga turut melahirkan tokoh-tokoh penting di negeri ini, termasuk Gus Dur .
Anda tentu sepakat, Gus Dur sekarang tak bisa hanya diklaim milik orang Jombang. Sebab dia telah menjadi milik orang Indonesia bersama tokoh-tokoh penting lain dari daerah itu, yang tak sedikit memberi kontribusi untuk keutuhan republik ini.
Seperti dikutip dari Koran TEMPO edisi Senin, 23 Desember 2002, bagi Gus Dur , kota kecil di provinsi Jawa Timur itu telah melahirkan 'tokoh-tokoh gila' untuk negeri ini.
Paling tidak, kata dia, kota Jombang telah melahirkan tujuh 'orang gila' Indonesia. Urutan pertama, kata Gus Dur , adalah Dr. Nurcholis Madjid. Berada di urutan kedua, dia sendiri (Abdurrahman Wahid). Ketiga adalah budayawan Emha Ainun Najib.
Sementara urutan keempat, Gus Dur menyebut Wardah Hafizd. "Dia itu pejuang kaum miskin, membela para tukang becak di Jakarta," kata Gus Dur waktu itu.
Keempat, Sono Hafizd, kakak kandung Wardah Hafid. Menurut Wahid, Sono Hafid ini pernah menyerbu markas kepolisian di Cicendo, Jawa Barat. Keenam, Asmuni Srimulat. "Barangkali Asmuni inilah orang yang paling gila di antara kami," ujarnya sembari tergelak saat bicara di kantor Dian Interfidei, Jalan Banteng Utama 59 Yogyakarta, Jumat (20/12).
Orang ketujuh yang masuk daftar 'orang gila' kelahiran Jombang, menurut Gus Dur , adalah Abubakar Baasyir, Amir Majelis Mujahidin. Baasyir banyak dikait-kaitkan dengan kasus terorisme. Sayangnya, Gus Dur tak memerinci bagaimana 'kadar kegilaan' tujuh orang tokoh kelahiran Jombang ini.
Jombang memang unik. Di kota kecil itu banyak bercokol tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar di republik ini. Kiai, budayawan, komedian, politisi, pejabat publik, penyanyi, hingga dukun lahir dari kota itu.
Seperti termuat dalam buku berjudul: "Orang-orang Jombang" yang ditulis pemerintah kabupaten. Dari kota kelahiran Gus Dur itu bercokol nama-nama hebat. Selain 7 orang yang disebut Gus Dur , masih ada nama lain di antaranya; Hasyim Asy'ari, A Wahid Hasyim, Wahab Hasbullah, Bisri Syansuri, dan Musta'in Romli.
Belum lagi nama penyanyi Gombloh yang popular dengan lagunya "Kebyar-kebyar", kemudian budayawan Cak Durasim yang namanya diabadikan sebagai nama tempat pusat kebudayaan di Surabaya, lalu nama tokoh ludruk Markeso dan Bolet. Generasi sekarang ada nama Muhaimin Iskandar, menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Selain melahirkan tokoh, Jombang juga melahirkan orang-orang unik, bahkan cenderung berperilaku ganjil. Sebut saja nama Choirun si haji nunut asal Sumobito yang namanya menggemparkan Indonesia pada pertengahan 1990 silam.
Nama lain? Anda tentu ingat dengan dukun cilik Ponari dan Very Idham Henyansyah alias Ryan si jagal dari Jombang. Jangan lupakan pula nama Eyang Subur yang sempat berseteru dengan artis Adi Bing Slamet.
Jombang diambil dari kata Ijo dan Abang. Kota kecil dengan luas wilayah sekitar 1.159,50 kilo meter persegi, itu merupakan titik temu perpaduan dua budaya. Konon, kata Jombang merupakan akronim dari kata Ijo dan Abang. Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen yang lekat dengan budaya Matraman).
Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang sejak lama. Bahkan ada yang menyebut sejak zaman Majapahit silam. Di kota itu masyarakat lintas agama dan budaya hidup rukun berdampingan, dan nyaris tak pernah muncul gesekan.
Lepas dari semua itu, seperti daerah-daerah lain, Jombang juga turut melahirkan tokoh-tokoh penting di negeri ini, termasuk Gus Dur .
Anda tentu sepakat, Gus Dur sekarang tak bisa hanya diklaim milik orang Jombang. Sebab dia telah menjadi milik orang Indonesia bersama tokoh-tokoh penting lain dari daerah itu, yang tak sedikit memberi kontribusi untuk keutuhan republik ini.
Betapa bangganya kami menjadi Putra Jombang! Semoga Allah senantiasa memberkahi kota kami, aman dan damai untuk semua yang mendiami, aamiin...