Sebaik-baiknya Sedekah

Gus Cokro ST
Sedekah merupakan amalan sunah yang sangat umum di kalangan umat Islam. Apalagi, pada bulan suci Ramadhan.
Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari, kala Ramadhan, Rasulullah SAW   lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.

Bahkan, dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad ada tambahan, “Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya.” Artinya, Rasulullah SAW adalah ahli sedekah.

Dan, jika kita perhatikan, ternyata di dalam Alquran, Allah SWT berulang kali memberikan penekanan khusus terkait amal yang bisa memberikan kebahagiaan pada sesama ini.

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS [63]: 10).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan maksud ayat tersebut. Menurutnya, seorang Muslim hendaknya tidak berlebih-lebihan dalam soal harta (sehingga menjadi kikir), yang akan menjadikannya menyesal di hadapan Allah.

Sementara itu pada ayat lain, Allah SWT memberikan perintah khusus kepada orang beriman, sebagaimana khsusunya perintah berpuasa ini. “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafaat.” (QS [2]: 254).

Dengan demikian dapat dipahami, meskipun sedekah merupakan amalan sunah, pada hakikatnya sedekah merupakan perisai bagi umat Islam untuk menolak segala macam keburukan di dunia dan akhirat.

Dari sini dapat ditemukan alasan logis mengapa kala Ramadhan Rasulullah SAW lebih dermawan dibandingkan dengan angin yang berhembus.

Ternyata, sedekah sangat efektif untuk menyelamatkan masa depan kita yang sesungguhnya, yakni kelak pada hari akhir kala berjumpa dengan Allah SWT.

Jadi, sangat pantas jika suatu ketika ada seorang laki-laki menemui Rasulullah SAW, lantas bertanya tentang sedekah terbaik (yang paling besar pahalanya).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia mengatakan, “Datang seorang laki-laki dan berkata kepada Nabi, Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama (terbaik)?

Nabi SAW bersabda, “Engkau bersedekah dan engkau dalam keadaan sehat dan sangat menginginkan, engkau takut kefakiran dan menginginkan kekayaan, dan janganlah engkau lalai. Hingga apabila (napas) telah sampai di kerongkongan, engkau berkata: Untuk fulan sekian dan untuk Fulan sekian, dan telah menjadi milik Fulan!” (HR Bukhari).

Artinya, sedekah yang paling utama itu ialah ketika kita dalam kondisi sangat berhajat terhadap harta, lantas kita merelakannya untuk orang lain demi membantu sesama atau tegaknya agama Allah.
Terhadap siapa saja umat Islam yang mampu melakukan hal tersebut maka insya Allah baginya surga seluas langit dan bumi (QS [3]: 133-134).

Dengan demikian, seorang Muslim tidak semestinya berkeluh kesah meskipun dalam kesempitan. Sebab, sedekah dalam kesempitan adalah sebaik-baik sedekah.